Langit :
Rindu embun itu mungkin sudah lama tersesat,
mengalamatkan gelisah hanya pada tetesan air yang jatuh dari tebing pipi ...
Apakah ia benar-benar tersenyum langit, Ia sedikit sakit.
Setiap waktu Ia katakan, tersenyumlah semuanya akan berakhir
mengalamatkan gelisah hanya pada tetesan air yang jatuh dari tebing pipi ...
Apakah ia benar-benar tersenyum langit, Ia sedikit sakit.
Setiap waktu Ia katakan, tersenyumlah semuanya akan berakhir
sakit ini hanya ilusi karena yang ditangisipun
memang takada.
Aku menangis hanya untuk sebuah rindu, iya langit
aku akui, setiap hari, setiap waktu, setiap sepenggalan matahari naik.
ku menitipkan rindu itu pada
yang semetinya pada Dia yang Maha mendengarkan, aku telah katakan padamu
awalnya memang aku menghitung waktu namun sekarang akupun terlupa sudah berapa
lama aku telah berusaha.
Saat
aku masuk ke ruang ilusi itu ada sapa dan tanya antara aku dan dirinya, semua
biasa saja, apa yang dipikirkan tentang dirikupun aku takpernah tahu, siapa aku
dalam hidupnyapun aku taktahu, Tiada yang bisa dikatakan setelah ada sapa dan tanya, yang
tadinya tak mau bicara akhirnya menarikan tanganya untuk kalimat jawab yang
terus menyambung. hanya berkata tak menjelaskan apapun kecuali kabar. Bisu
dengan gundah yang gulana menggiring meredam tangis kemarin saat senja. Rasanya
terdua itu sakit ternyata dan lebih sakit lagi kala sadar tidak seharusnya
ada.
Temaram
setiap malam menurunkan ego para penikmat gelap dengan tenangnya saat semua
terpejam mengistirahatkan mata. Mereka yang berusaha dengan peluhnya, bukan tak
penat tapi itulah cara mencapai tujuan. Sapa canda hingga tangis ada namun
terjadi karena terlalu larut ditelan waktu. Mengukur sejauh mana memudarkan
rasa yang tak terakui.
Ketidakjelasan itu jangan
dijelaskan, aku tahu langit, bila sekarang pertanyaan itu kujawab ku takyakin
akan ada keputusan dipilihan yang kita tahu, arah mana yang akan kita tempuh
nanti. Maka entah siapa yang akan mengakhiri ini. Sudahi, aku tahu salah
satunya nanti akan lelah dengan diam. Dan sampai waktu itu karena terlalu lekat
dengan diam bahkan terabaikan walau fajar memberikan isyarat bila tak ada lidah
dalam kisah ini, lalu dengan isyarat apa pertanyaan dan jawaban itu akan bisa
terpahami oleh diriku dan dirinya. Kurasa takdirNya akan punya cara bicara yang
lebih sempurna, terjaga dari segala marabahaya dosa dan akan terjaga dengan
Do'a.
Aku takmenuntut keberadaanya di masa depanku langit,
sungguh. Siapa yang takinginkan seseorang yang baik itu ada dalam hidup tapi
aku membiarkan Tuhan yang dengan indah menunjukan jalannya dan menyakinkan
hatinya, aku hanya akan ada dengan sebatas yang seharusnya.
Langit apakah kau merasakan yang sama denganku ketika
merasa rindu, rasa itu akan lebih terasa indah saat rindu itu hanya disampaikan
pada Sang Maha Pemilik dibersamai dengan do'a-do'a penjagaan dan juga segala
kebaikan untuknya, kata siapa rindu itu takada untukmu, langit
takhanya ada namanya dalam do'aku, namamu dan nama mereka yang aku sayangi dan
menyanyangiku sudah ku khususkan, aku betah berlama-lama diwaktu itu, bahkan
waktu berdo'aku lebih lama dibanding dengan waktu aku berukuk, dan bersujud
tanpa memotong atau memperpendek rakaat dan surat-surat yang aku bacakan.
Nikmatnya sampai terasa dengan tetesan air yang selalu jatuh dari mataku. Aku
sadari, apa yang aku punya,? takada langit kecuali segala yang Dia berikan
berupa nikmat-nikmat hidup yang takkan bisa aku menyebutkannya dalam
surat-surat kita, kini sepenuhnya daya dan upayaku hanya ada dalam do'a .
Do'a itu seperti buih-buih yang terbang
hingga akhirnya pecah dan itulah saatnya suara hati didendengarkanNya..
menitikan keharuan tanda kerinduan di sujud-sujud akhirku
hingga akhirnya pecah dan itulah saatnya suara hati didendengarkanNya..
menitikan keharuan tanda kerinduan di sujud-sujud akhirku
Bisa saja do’aku keliru, tapi akupun tahu Dia yang
Maha mendengarkan akan selalu mengganti inginku yang keliru itu dengan hal-hal
terbaik dariNya. Aku takingin memaksakan do’a, rindu itu biarlah jadi
harap-harap kebaikan yang terucap lisan padaNya, bukankah hanya Dia yang maha
menjaga segalanya.
ada yang berbisik halus
seperti angin yang mulai mengusap lembut meyakinkan dengan cara yang indah setiap kali ku merindu
"Sesungguhnya ada Dia yang sangat mencintaimu Embun"
seperti angin yang mulai mengusap lembut meyakinkan dengan cara yang indah setiap kali ku merindu
"Sesungguhnya ada Dia yang sangat mencintaimu Embun"
Langit kau tahu, disetiap
selanya ada rindu bertemu denganNya, untuk berkata padaNya “ jadikanlah akar
cinta padaMu menjadi cabang dari ranting-ranting keimanan yang membuatku hanya
akan bicara dan menitipkan rindu padamu”
Bagiku,
Rindu hanyalah jeda antara setelah pernah menyapa,
tali yang mengikat kuat hati di dalamnya
menjadikannya tara dengan pertemuan dalam do’a,
tali yang mengikat kuat hati di dalamnya
menjadikannya tara dengan pertemuan dalam do’a,
sulurnya
merambat ke atas sampai ke mata, membuat jatuh menitik di tebing pipi.
Taburnya sang penghias
malam yang takterhitung
menjelma seperti buih-buih do'a embun yang mulai bicara tanpa suara.
menjelma seperti buih-buih do'a embun yang mulai bicara tanpa suara.
Langit….
Aku memang mencintaiNya
dengan ketidaksempurnaanku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar